Friday, 13 September 2019

Suatu Malam di FamilyMart

Baru saja, sekitar 10 menit yang lalu aku berada di titik kebimbanganku ketika harus memilih: Harus beli pop mie, atau es kopi susu? Pasalnya, aku rasa malam ini ialah malam ketika aku merasa ketan susu kemayoran tidak enak, atau mungkin saja moodku sedang tidak enak, jadinya ada perasaan ingin cepat meninggalkan tempat itu. Sebelum meninggalkannya, aku berpikir untuk membeli pop mie setelah ketan yang tidak terlalu memuaskanku. Akhirnya aku pun meninggalkan tansu kemayoran, tapi sebelum itu sempat merasa sedikit kesal karena biasanya aku bayar 8ribu untuk seporsi ketan, 3 gorengan dan 1 teh tawar. Tapi kali ini aku harus mengulangnya, karena tiba-tiba si bapak yang melayaniku mengatakan jumlahnya 14ribu. Pada akhirnya aku dikenai 9 ribu untuk menu yang biasanya aku bayar senilai 8 ribu. Padahal perhitunganku udah cukup matang untuk menyisakan 2 ribu dari uang pecahan 10 ribu supaya 2 ribu itu bisa dipakai untuk bayar parkir, eh tiba-tiba lagi ini tukang parkir mentang-mentang aku kasi uang pecahan 20 ribu, dikasi kembalian 17 ribu saja. Huft, maaf akhir-akhir ini aku jadi lebih perhitungan soal uang, soalnya beberapa hari yang lalu aku memutuskan untuk hidup lebih hemat, terutama menghemat uang jajan dan uang untuk kopi. Kopi yang biasanya sehari sempat saja aku memesan es kopi susu senilai 12 ribu di family mart, kini aku beli kopi bubuk kapal api biar hemat.

Oke, jadi rencanaku malam ini ialah menghabiskan malam di ketan susu lalu ke family mart. Karena merasa kenyang ketika berada di depan pintu family mart, aku pun memutuskan (dalam beberapa menit) untuk memesan es kopi susu. Oke jadi malam ini habis 24 ribu, sisa jatah harianku masih 6 ribu, dari 50 ribu per hari.

Jadi aku menulis ini di meja family mart, menjelang jam 3 pagi, dengan 2 orang di samping kananku. Satu orang yang sudah cukup berumur, mungkin 50-an, kurus dan memakai peci, ia mencoba tidur di meja beralaskan kedua lengannya, tapi nampaknya suasana yang amat nyaman di family mart ini tidak bisa mengantarkannya pada tidur yang diinginkannya. Di sebelah kanannya lagi ada seorang pria (?) barangkali, sampai saat ini aku belum bisa memastikannya dia seorang pria atau wanita, ia berumur sekitar 30-an, dengan badan yang cukup besar, dan berambut panjang, mungkin ia seorang waria. Yang jelas, orang ini sudah beberapa kali bergumam menyanyikan lagu yang terdengar di speaker family mart, semuanya lagu barat, tak banyak yang aku tau mengenai lagunya, tapi orang itu nampaknya cukup mengenal lagu-lagunya.

Kedua orang ini nampaknya sudah saling kenal, sebelum aku sampai di tempat ini. Ohya, aku ingat ada hal yang cukup lucu bagiku beberapa saat yang lalu. Ketika mulai menulis ini, seorang kasir yang tadi melayaniku tiba-tiba memanggilku dan menanyakan "Mas, maaf mau nanya, tadi sudah kedengeran ini bunyi belum?" Saya cukup bingung, dan blank untuk beberapa saat. Ia menunjuk ke semacam mesin untuk membuat kue atau semacamnya. Aku rasa belum mendengarnya sejak tadi. "Iya, bunyi tiiiit, gitu mas" Jadi dengan cukup ragu aku mengatakan bahwa belum mendengarnya sejak tadi, dan tak lupa meminta maaf karena aku tak sempat memperhatikan hal itu.

Aku sebenarnya cukup bingung dengan apa yang harus aku ceritakan di postinganku kali ini. Yang pasti aku menuliskan ini semua di Ms. OneNote, karena ternyata tak ada koneksi internet disini. Ada sih beberapa wifi tapi nampaknya bukan untuk publik, terlihat dari nama-nama wifinya, di samping karena aku malas juga harus menanyakan ke kasirnya. Lagipula malam ini aku memang merencanakan untuk offline dan menulis sesuatu.

Tujuan pertamanya sih untuk mencari inspirasi untuk menulis film misalnya, karena begitu banyak lomba dan juga festival film dalam waktu dekat, dan aku belum mempersiapkan apapun untuk hal itu. Karena ini kesempatan yang tak boleh dilewatkan, sudah banyak sekali deadline lomba yang aku lewatkan begitu saja, padahal hadiahnya lumayan semua.

Aku merasa cukup heran. Saat ini lomba dan juga festival film jumlahnya sudah banyak sekali, tak terhitung. Tiap bulannya pasti ada deadline lomba, yang hadiahnya pun tak sedikit. Mungkin pada latah, banyak lembaga yang bikin lomba film dengan tema-tema tertentu, dengan hadiah berlimpah, apalagi festival yang diadain sama lembaga/instansi pemerintah. Duh, liat angkanya tuh jadi tergiur. Jadi biasanya aku langsung aja ngesave pamflet lombanya, tapi seringkali hanya di save tapi engga diseriusin.

Bingung mau nulis apalagi deh. Jadi beberapa kalimat terakhir ini aku ketik dengan coba mulai belajar ngetik pake 10 jari. Karena selama ini setengah dari jumlah jariku nganggur kalo lagi ngetik. Susah juga ya, padahal udah dari SMP belajar, sampai jadi salah satu materi di mata pelajaran TIK-nya Pak Aribawa. Duh jadi kangen SMP kan.

No comments:

Post a Comment