Jadi ini tulisan yang seharusnya sudah aku tulis beberapa hari yang lalu, bahkan seminggu lebih. Tepatnya selasa minggu lalu, aku datang jauh-jauh dari Jakarta Pusat ke Depok, naik motor. Huft. Padahal sudah sejak lama aku mengidamkan tempat magang yang dekat dengan kosan dan kampus, karena selain magang aku harus mengikuti kelas. Duh dosa lah diriku harus memulai tulisan ini dengan keluhan.
Oke, jadi tepat satu hari sebelum itu aku dihubungi kembali oleh Arli, seorang teman seangkatan di kampus yang sudah sejak lama lebih sibuk di luar kampus untuk membangun karirnya, sampai kuliahnya mungkin sudah tertinggal. Jadi Arli menanyakan kesedianku untuk datang di pagi hari esoknya untuk hunting lokasi projek terbaru kami, sebuah web series.
Jadi beberapa hari sebelum malam itu aku cukup gelisah karena belum mendapatkan tempat untuk magang, karena magang ini wajib dilewati di semester ini, kalau aku mau TA semester depan. Belasan perusahaan film sudah aku email dengan CV dan permohonan magang tapi sampai saat ini belum satupun yang meresponnya. Jadi aku menghubungi Arli, karena aku tau dia pasti selalu jalan projek. Oke beberapa jam menunggu dia pun membalas dengan mengatakan bahwa aku bisa ikut dengannya di projek mendatangnya, yaitu sebuah web series. Langsung saja aku mengiyakan ketika ia menawarkan aku posisi astrada (asisten sutradara).
Oke, kembali lagi ke malam itu. Aku diberitahu bahwa esok hari harus datang ke Depok jam 10 pagi. Oke aku langsung buka google maps untuk mengecek berapa lama waktu dibutuhkan untuk ke Depok. Sialan, jadi sebelum aku buka google maps aku ingat untuk mengeluh karena kenapa sih harus Depok, padahal selama ini aku menghindar dari tempat magang yang jauh dari kos dan juga kampus. Jadi dibutuhkan waktu sekitar 1 jam 30 menit untuk mencapai Depok. Oke aku asumsikan butuh waktu 2 jam, jadi aku harus bangun setengah 8 kemudian bersiap-siap. Masih mengeluh karena tempatnya begitu jauh.
Setelah memberi tau jam dan lokasi temu besok, aku meminta skenario padanya, untuk memastikan bahwa esok hari aku benar-benar siap untuk bertemu tim produksi, terutama pak sutradaranya yang juga merupakan pemilik production house tempat web series yang akan di produksi.
Selama menunggu skenarionya dikirimkan, aku mencari tau tentang production house-nya. Jadi aku nemu akun instagramnya dan langsung stalking dalam beberapa saat. Ternyata ph ini yang memproduksi web serius religi yang biasa di rilis pas bulan ramadhan lalu. Tak lupa juga aku men stalking akun sutradaranya, rupanya tak terlalu menakutkan. Aku juga merasa tidak begitu takut akan bertemunya esok hari, karena sebelumnya udah sempat ikut produksi bersama orang-orang yang sangat religius di produksi film religi, Ayat-Ayat Cinta 2. Jadi asumsiku ialah, orang-orang di dalam produksi ini pasti alim semua, rajin shalat, baik kepada orang-orang baru, baik kepada orang magang yang pastinya.
Ketika skenario dikirimkan, aku langsung membacanya. Dari judulnya saja sudah bisa terbaca ini web series temanya religi. Tikungan Ta'aruf, menjadi judul yang sangat menarik buatku, karena terlihat cukup nyentrik dan tak lupa religius. Jadi kurang lebih ceritanya tentang 2 pasangan ta'aruf, hehe. Selebihnya nanti kita lihat hasilnya di youtube ya.
Jadi aku dikirimkan 2 episode dari skenario, aku kira di produksi ini aku diikutsertakan untuk 2 episode saja. Tapi esoknya ketika ngobrol dengan sutradaranya, doi bilang ada 3 episode.
Oke malam berlalu, pagi aku bangun dengan tidur yang kurang, aku mandi, bersiap-siap untuk perjalanan panjang ke kota Depok. Kali itu aku mulai mengenakan masker, padahal biasanya tidak. Karena aku tau ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang dan membosankan. Aku memasang earphone, sebuah earphone yang suaranya tidak enak di telinga, sebuah earphone yang aku beli beberapa jam sebelum aku berangkat dari Bali ke Jakarta di Badung, karena earphone aku hilang selama kemah di cinemawithoutwall.
Jadi sudah siap untuk berangkat ke Depok?
Ngantuk, ngantuk, ngantuk…
Lagu terus berdendang di earphone-ku, ngantuk pun terus menyerang. Rasanya ingin tidur ketika berhenti di lampu merah. Tapi aku terus menahannya, kendaraan yang sangat ramai karena di pagi hari jam orang-orang pada berangkat kerja membuat aku semakin ngantuk. Sampai lampu merah Depok aku coba mendengar suara-suara, karena sebelumnya aku liat beberapa headline berita di twitter katanya sekarang di lampu merah Depok ada suara walikotanya yang nyanyi. Tapi aku ngga denger suara orang nyanyi, mungkin karena suara kendaraan yang terlalu ramai jadi engga kedengeran, atau mungkin engga semua lampu merahnya ada speakernya.
Jadi ketika sampai di GDC Depok, aku berhenti di indomaret untuk membeli air, tujuannya biar engga ngantuk. Aku cek hp dan buka whatsapp untuk ngabarin Arli kalau aku sudah dekat dengan titik temu. Aku buka kembali maps yang di share doi, beberapa menit di jalan, aku ngelewatin gedung DPRD yang di depannya sedang ada demonstrasi yang sepi banget, tapi ada beberapa kata yang aku perhatiin dari demonstran tersebut, seperti kata Jokowi, dll.
Oke aku skip cerita kelewatan belokannya. Jadi singkat cerita aku sampai di sebuah tempat yang namany Apace Archery. Ternyata di tempat ini ada lapangan untuk panahan. Aku menghubungi Umank Ady, sutradara sekaligus orang yang akan menemuiku karena Arli belum sampai di lokasi. Aku dijemput doi di parkiran, aku pura-pura main HP dan tidak melihatnya, takut salah orang jadi biarkan doi yang manggil aku duluan hehe.
Aku masuk ke sebuah ruangan, disana ada 1 orang lagi yang sedang main laptop, nanti kita tau bahwa doi penulis, sekaligus editor (?) pokoknya doi tandemannya si pak sutradara ini sepertinya. Jadi aku dikenalin, lalu aku dibriefing beberapa hal mengenai pengadeganan, lalu aku minta skrip untuk kubaca, rupanya sampai 3 episode nih web seriesnya, tapi Arli baru ngasi sampai episode 2 saja. Oke jadi aku membacanya ulang dari awal. Di tengah-tengah aku baca, datanglah Arli dan 1 orang lagi, rupanya 1 orang lagi itu Rama, seorang teman seangkatan di kampus, teman yang sempat ku bahas di postingan aku sebelumnya. Aku cukup kaget melihat ada sosok Rama, aku sudah menebak langsung pasti dia akan pegang posisi sebagai sinematografer dari projek ini, mengingat dia cukup sering bekerja dengan Arli.
Oke beberapa basa-basi berlangsung, kemudian kami berangkat untuk makan siang kemudian hunting lokasi. Jadi ruangan tadi akan menjadi basecamp kami selama produksi ini. Aku masih berpikir, duh jauh juga harus ke Depok terus nih demi magang.
Makan siang di ayam gembus yang banyak kucing gangguin selesai, kita berangkat ke sebuah komplek cluster gitu, lalu berhenti di sebuah masjib. Kita masuk, mereka akan sholat Dzuhur aku pun menunggu di luar. Tanpa harus minta izin menunggu di luar, nampaknya pak sutradara sudah paham bahwa aku non muslim. Oke singkat cerita hunting di masjid itu, kemudian menuju sebuah rumah di pinggir kali, lalu berjalan ke pinggir kali, ke sebuah jembatan merah yang cukup menarik yang membentang di atas kali itu. Oh ya, funfact, kali di Depok engga sekotor di Jakarta ya.
Hunting di kali ditemani seorang ibu-ibu berljibab yang membawa fortuner seorang diri. Nampaknya doi sanak familinya si sutradara. Kami diantarkan ke lokasi-lokasi lain yang di request sama pak sutradara. Sampai di sebuah yayasan Al-Azhar, kita datang ke sebuah tribun lapangan olahraga yayasan tersebut. Disana kita liat si ibu ini cukup dikenal oleh staf-staf dan juga orang dewasa disana. Oke aku langsung berpikir, pasti ibu ini orang yang cukup penting di Depok.
Hunting terakhir kita ke sebuah tikungan jalan (seperti judul web series-nya), tapi saya, Arli dan Rama sempat nyangkut di tikungan yang lain karena kita tertarik dengan tukang cincau yang lewat. Rama memutuskan untuk memanggil tukang cincau tersebut karena ibu tadi memberikan isyarat dengan tangan kanannya menunjukkan lokasi tujuan kita ada di depan mata. Karena itulah kita bertiga akhirnya memesan es cincau, kita meminumnya dengan santai sebelum akhirnya seorang dari kru kami datang dengan sepeda motor dan memanggil mengingatkan bahwa lokasi masih di depan. Sebelumnya kita kira mereka tertinggal, rupanya mereka sudah jauh di depan kita dan sampai di lokasi. Kita bertiga memutuskan untuk meminum cincau itu dengan kilat. Cukup segar di cuaca yang sangat panas di kota Depok ini, tapi cukup sayang dihabiskan dengan terburu-buru.
Cuss kami berangkat ke lokasi terakhir, disana kami melihat sutradara dan yang lainnya sudah selesai dengan melihat-lihat lokasinya, aku merasa sedikit bersalah karena terlambat hanya karena makanan. Sungguh perbuatan yang sangat memalukan jika ini terjadi lagi projek yang lebih besar, untung saja sutradaranya baik hati. Oke karena sudah selesai melihat-lihat lokasi. Rama, Arli dan aku pun memotret lokasi itu, kemudian kami langsung berangkat untuk kembali ke basecamp kami di Apace.
Di perjalanan kami berhenti di penjual es kelapa. Aduh baru saja aku beli cincau, pakai gula merah. Sekarang aku engga mungkin nolak es kelapa pakai gula merah, karena gratis. Oke sudah sangat kembung rasanya perut ini, kita kembali ke Apace.
Sampai di basecamp, aku tiduran di lantai, begitu juga yang lainnya. Kami semua tampak kelelahan, lebih lelah karena cuaca panas ini mungkin. Sutradaranya cuci kaki dan wudhu, kemudian yang lain mengikutinya, mereka pun melaksanakan shalat Ashar berjamaah. Aku masih tiduran, beberapa kali sempat benar-benar tertidur, karena kebanyakan minum gula nampaknya. Sudah kuduga produksi ini pasti akan menjadi produksi Ayat-Ayat Cinta versi kecil.
Setelah shalat, kami meeting untuk membahas skenario, lokasi, golden scene, pengadeganan, shot, dan bayak hal lain dibahas dengan cukup santai. Kami duduk di depan sebuah coffee shop yang memang berada 1 pekarangan dengan basecamp kami. Tempat itu sangat sepi, bahkan sampai baristanya pun tak ada. Jadi kami diminta untuk mengambil minuman sendiri semau kami. Aku mengambil air putih dengan merk OKE OCE, hmm menarik.
Sekitar sejam meeting berlangsung aku merasa sangat ngantuk, bisa dipastikan 50% pembicaraan mereka tidak aku simak dengan baik. Aku rasa karena kebanyakan minum gula aren kali ini. Air putihku sudah sampai habis tapi tak kunjung buat aku terjaga dan fokus. Beberapa puluh menit sebelum meeting berakhir aku menjadi cukup fokus, dan sempat berbicara beberapa hal. Sempat kaget juga karena sekali si sutradara menanyakan aku tentang cerita dan skenarionya. Dia menanyakan pendapatku mengenai ceritanya, aku hanya menjawab "Bagus," sebuah jawaban yang cukup aman, tapi terlalu sering dipakai untuk mencari aman. Ingin rasanya menjawab dan memberikan pendapat lebih yang bersifat memuji, tapi aku engga menemukan kata-kata yang tepat untuk itu.
Hmm panjang juga ceritanya, padahal banyak bagian yang di skip. Oke sampai baris ini, aku menyedot sisa dari es kopi susuku yang rasanya sudah terlalu banyak esnya. Masih di familymart, 1 pria 50 tahunan di sampingku udah pergi beberapa puluh menit yang lalu nampaknya karena tidak nyaman untuk tidur di meja familymart.
Selesai meeting, kami siap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Di perjalanan, aku merasakan ngantuk yang luar biasa. Tapi niat untuk berhenti sejenak dan istirahat cukup kecil, jadi aku terus aja memacu motorku. Padahal hal ini udah sering terjadi, harusnya aku berhenti istirahat di suatu SPBU atau minimarket, tapi tak tau lah. Mungkin aku terlalu bersemangat karena aku sudah berjanji malam itu jam 9 bunga bakal nemenin aku nonton filmnya Tarantino yang baru.
Aku rasa cerita magang hari pertama cukup sampai disini. Pelajaran yang paling aku dapat dari hari itu adalah: Tuhan tau yang kita butuhkan, mungkin aku menginginkan tempat magang yang keren, bertemu orang-orang keren di industri film, tempat magang yang deket dengan kosan. Tapi semuanya berbeda kali ini, aku terlibat di sebuah produksi yang terbilang cukup kecil, karena nampaknya kedepannya produksi ini akan digarap dengan kru kecil, 3 episode hanya digarap dalam 2 hari, peralatan minim, aku perikirakan produksinya dalam skala akan lebih kecil dibandingkan produksi-produksi yang pernah aku ikuti, entah itu produksi film panjang bioskop, ataupun film pendek untuk tugas di kampus pun rasanya lebih besar dan heboh lagi. Mungkin, Tuhan tau kemampuan bersosialisasiku sangat minim, jadi aku ditempatkan di tempat yang tidak terlalu besar dengan orang yang banyak. Tuhan tau bahwa aku pasti akan menjadi orang yang sangat-sangat canggung jika aku harus bertemu dengan aktor, sutradara, dan juga pelaku industri arus utama yang sudah mempunyai nama dan posisi di industri. Tuhan mengajak aku untuk tidak lagi meremehkan hal-hal kecil, produksi-produksi kecil, karena besar-kecil sebuah produksi, kita tak pernah tau yang mana akan melahirkan impact yang lebih besar di masyarakat. Tuhan mengajak aku untuk melirik industri lain yang mungkin belum pernah terpikir olehku, belum pernah aku coba, belum pernah aku tau bagaimana sistem di dalamnya bekerja. Yang terpenting disini ialah aku harus tetap menggali lebih banyak lagi pelajaran, meskipun dengan hari pertama magang ini aku merasa cukup meremehkan produksi ini, sehingga aku tidak bekerja cukup maksimal.
Aku belajar untuk selalu berpikir positif, sedikit banyaknya ilmu yang kita dapat berasal dari sedikit banyaknya kita mencari dan menggali. Itu hal yang baru aku sadari malam ini, setelah beberapa hari terakhir berpikir untuk mencari tempat magang lain, karena memprediksi di tempat magang kali ini sepertinya aku tidak akan mendapatkan banyak pengetahuan baru.
No comments:
Post a Comment